SELAMAT DATANG DI BLOG PRIBADIKU

BAB I

PENDAHULUAN

Sejak dahulu , para guru telah membolehkan atau mendorong siswa-siswa mereka untuk bekerja sama dalam tugas-tugas kelompok tertentu, dalam diskuisi atau debat kelompok, atau dalam bentuk-bentuk kerja kelompok , atau dalam kegiatan pelajaran tambahan berkelompok lainnya. Metode ini biasanya bersifat informal, tidak berstruktur, dan hanya digunakan pada saat-saat tertentu saja. Pemahaman praktis dalam kelas dan bagaimana para guru dapat menggunakan metode ini untuk melihat bahwa semua siswa memang telah menangkap pelejaran dari mereka . Pedoman yang diberikan di sini bersifat praktis, yang tersusun dalam petunjuk bertahap yang telah dengan sukses digunakan oleh ribuan guru dalam tiap tingkatan kelas dan dalam berbagai subyek. Sehingga kami pilih buku ini yang sesuai dengan penjelasan diatas yaitu “buku cooperative Learning”,

Buku ini dimaksudkan untuk digunakan dalam kursus-kursus dan lokakarya inti maupun pelengkap bersama para guru atau calon guru. Bisa juga digunakan sebagai manual bagi guru tunggal yang ingin menggunakan metode kooperatif sesuai dengan kebutuhan.

Pembelajaran kooperatif adalah bahwa ia membuat dirinya menjadi alat stimulus yang sangat baik . Sesuatu yang sangat logis jika memilih menggunakan metode-metode pembelajaran kooperatif untuk mengajar pembelajara kooperatif.

BAB I I

TINJAUAN BUKU

A. ISI

1 . Beberapa bentuk pembelajaran kooperatif


1.1.Kaedah Jigsaw II


Dalam kaedah ini, setiap ahli kumpulan menjadi 'juru' dalam sub-unit sesuatu topik. Setelah masing-masing memahami bahagian masing-masing, setiap 'juru' mengajarnya pula kepada ahli kumpulan yang lain. Soal-jawab atau perbincangan yang berlaku semasa proses ini membolehkan 'juru' dan ahli sama-sama memikirkan pembentangan yang diberi, ini meningkatkan pemahaman dan ingatan. Selain dari itu, kaedah ini juga memberi peluang kepada pelajar yang kurang cemerlang dan mengajar mereka untuk menjadi 'guru' dan mengajar mereka yang mempunyai prestasi akademik lebih baik daripadanya, secara tidak langsung meningkatkan keyakinan diri mereka.


1.2.Kaedah STAD


STAD merupakan akronim bagi Student Teams Achievement Divisions. Pembelajaran dalam kumpulan kecil dilakukan bagi sesuatu topik. Kaedah perbincangan ini boleh menggunakan kaedah Jigsaw II atau pendekatan lain. Selepas itu kuiz bertulis secara individu akan diberikan untuk menguji pemahaman pelajar. Setiap pelajar akan mendapat markah individu, peningkatan kemajuan yang ditunjukkan oleh setiap pelajar akan dikira dengan mengambil markah terbaru dan ditolak dengan purata markah pelajar itu sendiri. Perbezaan markah individu akan dikumpulkan untuk menjadi markah kumpulan. Di sebabkan markah kumpulan diperolehi berdasarkan peningkatan ahli kumpulan, ahli kumpulan akan saling bekerjasama supaya mendapat markah yang maksimum.

1.3. TAI


TAI( Team Assisted Individualization) dibentuk menggabungkan antara motivasi dan insentif kepada kumpulan. Program yang diberikan mestilah bersesuaian dengan kemahiran yang dipunyai oleh setiap pelajar. Pelajar dalam setiap kumpulan mestilah terdiri daripada pelajar yang mempunyai keupayaan yang berbeza-beza. Ahli kumpulan yang bekerja secara berpasangan akan bertukar-tukar helaian jawapan kerja yang telah dibuat. Ahli kumpulan bertanggungjawab memastikan rakan-rakan dalam kumpulan bersedia untuk menduduki ujian akhir setiap unit. Skor mingguan yang diperolehi oleh kumpulan akan dijumlahkan , kumpulan yang melebihi skor yang ditetapkan akan diberikansijil.


1.4. TGT


Metode TGT dikembangkan oleh David d Vries dan Keith Edwards awalnya oleh johns Hopkins. TGT menggunakan guru dan kelompok kerja yang sama dengan STAD tatpi menambahkan tournament kuis mingguan, dimana siswa-siswa melakukan permainan akademik dengan anggota kelompok lain yang pada akhirnya mengahsilkan record atau rangking kelompok. Dalam setiap turnament terdiri dari 3 orang. Skor tertinggi akan menyumbangkan angka 60 bagi teamnnya, selanjutnya yang kalah akan berhadapan dengan yang kalah yang menang berhadapan dengan yang menang. TGT memiliki banyak dinamika yang sama dengan STAD hamya ditambah permainan. Permainan disisipkan bersama-sama dalam kelompok dan menjelaskan masalah tetapi ketika permainan berlangsung maka peserta bekerja secara individual.

1.5. CIRC


Metode ini khusus digunakan untuk pembelajaran bahasa khususnya menulis dan membaca pada kelas atas dan menengah sekolah dasar. (Madden, Slavin dan Stevans 1986) pada metode ini guru menggunakan novel dan bahan bacaan. Bisa menggunakan kelompok membaca atau tidak dengan cara membaca tradisional, siswa ditugaskan untuk menyusun team belajar dari 2 atau lebih level yang berbeda. Siswa-siswa belajar dengan pasangan teamnya dalam aktifitas kognitif yang sama termasuk membacakan satu sama lain, menulis tanggapan, membuat ringkasan, dan praktek speling, menguraikan dan kosa kata. Siswa juga bekerja dalam kelompoknya untuk mengusai ide pokok dan ketrampilan lainnya. Selama periode ini siswa menulis kajian-kajian, draf, merefisi, dan mengedit pekerjaan satuu sama lain. Dalam aktifitas CIRC siswa mengikuti rangkaian pengajaran guru, praktek kelompok, pra evaaluasi team dan siswa tidak diperbolehkan mengikuti ujian sampai semua anggota team siap. Pengahargaan team dan setifikat diberikan berdasarkan rata-rata penampilan semua anggota team membaca dan aktifitas menulis, karena siswa-siswa diprioritaskan pada level membaca dan mereka memiliki kesempatan yang sama.


1.6.Group investigation


Metode ini dikembangkan oleh Shlamo dan Yael Sharan dari Universitas Tel Aviv. Secara umum pembelajaran direncanakan secara teratur dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, kelomppok diskusi dan bekerja sama membuat rencana dan pekerjaan. (Sharan dan Sharan, 1992). Kegiatan pembelajaran dalam metode ini siswa membentuk kelompok –kelompok kecil 2-6 orang. Kelompok-kelompok memilih topic dari unit pembelajaran yang sedang dipelajari, memecahkannya menjadi tugas individu kemudian mempersiapkan laporan kelompok secara bersama-sama, kemudian hasil kerja kelompok dipresentasikan kepada semua anggota kelas.


1.7.Learning together


Pembelajaran bersama (learning together) dikembangkan oleh David dan roger di Universitas Minnesota, dikembangkan dari model learning together dalam pembelajaran kooperatif (Jhonson & Jhonson 1987), (Jhonson dan jhonson dan Smith 1991). Metode yang ditelliti meliputi lembaran kerja siswa dalam kelompok keterogen dengan 4-5 anggota dan tugas. Hasil kerja kelompok adalah lembaran tunggal dan menerima penghargaan dan pujian berdasarkan hasil kerja kelompok.


1.8.Complex instruction


Dikembangkan oleh Elisabeth Cohen (1986) dan teman-teman di Stanford University. Pendekatan yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif yang mempertahankan penemuan, bagian dari sains, matematika dan pelajaran-pelajaran social. Fokus utamanya adalah membangun respect untuk seluruh kemampuan yang dimiliki oleh siswa (memafaatkan seluruh kemampuan siswa). Pekerjaan dan pembelajaran kompleks memerlukan peran dan ketrampilan dan guru berusaha mebantu semua siswa dalam kelas untuk mencapai sukses. Pembelajaran kompleks khususnya biasanya digunakan dalam pembelajaran dengan dua bahasa.

1.9. Struktured Dyadic


Dalam metode ini siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari 4 anggota yang dianggap dapat bekerja sama, dimana pasangan siswa saling membelajarkan satu sama lain. Metode ini menjadikan siswa sebagai pembelajar. Siswa berperan sebagai guru(pembelajar sekaligus pebelajar (Dansereau 1988), metode ini juga dapat digunakan dalam periode waktu yang lama.

2. Beberapa strategi meningkatkan keberkesanan pembelajaran kooperatif

Pembahagian kumpulan yang membolehkan ahli-ahli dalam kumpulan bekerja dengan berkesan bersama-sama.Faktor yang paling utama di sini ialah bilangan ahli dalam kumpulan. Kumpulan kecil mengandung tiga atau empat ahli didapati paling efektif. Kumpulan yang terlalu besar kurang efektif kerana pembabitan ahli kumpulan cenderung menjadi tidak sama rata. Disamping itu, pembentukan kumpulan sebaiknya dilakukan oleh guru bagi mengelakkan pelajar berkumpul sesama 'klik' mereka sahaja.
Tugasan perlu distruktur sebegitu rupa supaya ahli kumpulan saling bergantung untuk mencapai objektif yang ditentukan. Elakkan memberi tugasan yang boleh diselesaikan tanpa perlu pembabitan setiap ahli kumpulan. Ini boleh menyebabkanada ahli kumpulan yang 'lepas tangan' ataupun dipinggirkan oleh orang lain, dan bagi pelajar ini, pengalaman pembelajaran sepenuhnya tidak dapat dicapai.


Jadikan tanggungjawab pencapaian terletak di kedua-dua tahap individu dan kumpulan. Satu cara ialah melalui pemberian markah. Setiap pelajar mendapat markah individu dan markah kumpulan bergantung kepada markah individu. Dengan cara itu setiap pelajar mempunyai motivasi untuk melakukan yang terbaik untuk diri sendiri dan juga kumpulan.
Berikan garis panduan tingkahlaku dan kemahiran berkomunikasi kepada pelajar. Guru perlu menjelaskan kepada pelajar apakah tingkahlaku yang wajar dan tidak wajar semasa pembelajaran kooperatif berlaku. Guru juga perlu meberikan asas kemahiran komunikasi misalnya bagaimana menyuarakan pendapat dan bagaimana menghadapi percanggahan pendapat.


Pastikan jenis dan amaun interaksi antara pelajar berpatutan. Guru perlu mengawasi interaksi yang berlaku semasa pelajar menjalankan aktiviti kumpulan di dalam kelas. Perbincangan yang berlaku seharusnya yang berkaitan dengan tugasan . Interaksi juga harus berlaku di antara setiap ahli kumpulan dan tidak meminggirkan mana-mana ahli kumpulan. Perbincangan dan keputusan juga tidak dimonopoli oleh ahli kumpulan tertentu sahaja.


3. Bagaimana pembelajaran kooperatif dilaksanakan :

Contoh :


Tipe Jigsaw II


Menyiapkan materi dengan langkah-langkah berikut :


1.Memilih satu topic sebagai materi terakhir untuk 2 atau 3 hari.

2.Membentuk kelompok diskusi

3Membentuk tim ahli untuk setiap unit/topic


4.Membuat kuis, esay, jenis pengukuran lain untuk setiap unit.


5.Membuat kerangka diskusi


Siklus aktifitas pembelajaran dengan Jigsaw II


- Membaca


- Diskusi kelompok ahli


- Masing –masing ahli kembali kekelompok untuk diskusi pada kkelompok asal


- Laporan hasil diskusi kelompok


- Test



B. KUTIF

1. Pembelajaran Kooperatif

Robert E Slavin (2005: 2) menyatakan:


"Cooperative learning refers to a variety of teaching methods in which students work in small groups to help one another learn academic content. In cooperative classrooms, students are expected to help each other, to discuss and argue with each other, to assess each other’s current knowledge and fill in gaps in each other’s understanding. "


yang artinya kurang lebih sebagai berikut:


"Pembelajaran kooperatif berdasarkan pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif siswa diharapkan dapat saling membantu, saling berdiskusi dan berpendapat, untuk mengasah pengetahuan yang telah mereka kuasai dan mengurangi kesenjangan pemahaman siswa yang lain."

Akan tetapi pada kenyataan di lapangan hal tersebut tidaklah semudah yang dibayangkan. Guru dalam menerapkan metode tersebut dituntut untuk bisa mengkondisikan siswa dalam kegiatan belajar kooperatif untuk belajar materi yang seharusnya dipelajari sesuai dengan silabus. Bukan hal yang tidak mungkin bahwa materi yang seharusnya dipelajari dalam kegiatan pembelajaran tersebut tidak tercapai target pembelajarannya apabila guru yang bersangkutan kurang bisa mendesain pembelajaran, mengarahkan siswa, dan membimbing siswa pada materi yang dipelajari.
Selain hal-hal tersebut, guru juga harus mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi yang dibutuhkan untuk mempelajari materi yang akan dipelajari. Hal tersebut dikarenakan apabila kemampuan awal siswa kurang cukup tentang materi yang dibutuhkan untuk mempelajari materi yang baru, maka akan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran, bahkan bisa jadi tidak didapat kesimpulan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif yang dijalankan ini.


Oleh karena hal-hal tersebut di atas, pengetahuan guru maupun calon guru perlu ditingkatkan dalam hal mendesain pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif agar sesuai dengan yang diharapkan.


2. Kaedah Pembelajaran Koperatif


Pembelajaran koperatif merujuk kepada kaedah pengajaran yang memerlukan murid dari pelbagai kebolehan bekerjasama dalam kumpulan kecil untuk mencapai satu matlamat yang sama (Slavin, 1982). Sasaran adalah tahap pembelajaran yang maksimum bukan sahaja untuk diri sendiri, tetapi juga untuk rakan-rakan yang lain. Lima unsur asas dalam pembelajaran koperatif adalah: saling bergantung antara satu sama lain secara positif, saling berinteraksi secara bersemuka, akauntabiliti individu atas pembelajaran diri sendiri, kemahiran koperatif, dan pemprosesan kumpulan. Ganjaran diberi kepada individu dan kumpulan dalam pelaksanaan kaedah ini. Individu dalam kumpulan dikehendaki menunjukkan kefahaman masing-masing dan memainkan peranan berbeza bergilir-gilir. Kemahiran sosial dan pemprosesan kumpulan digalakkan. Beberapa cara pembelajaran koperatif telah diperkembangkan oleh tokoh-tokoh pendidikan, misalnya Jigsaw, TGT (teams-games-tournaments), STAD (Students Teams- Achievement Division), Belajar Bersama (Learning together), Permainan Panggil Nombor (Numbered
Heads), dan Meja Bulat (Round Table).


Pengajaran sebaya memainkan peranan yang sangat penting menurut cara Jigsaw.
Dalam cara ini, pembahagian tugas dibagihkan di kalangan murid dalam kumpulan pelbagai kebolehan. Bahan pembelajaran dipecahkan kepada topik-topik kecil. Setiap murid dibagihkan tugas untuk mempelajari satu topik kecil. Setelah menguasai topik kecil sendiri, murid akan mengajar rekan-rekan lain dalam kumpulannya sehingga semua ahli kumpulan menguasai semua topik kecil itu. Selepas itu satu aktivitas dijalankan untuk menguji sama semua ahli kumpulan berjaya memahami dan menyempurnakan tugasan yang diberi. Jigsaw merupakan cara pengajaran berpusatkan murid. Kemungkinan besar bahan baru dapat dikaitkan dengan pengetahuan sedia ada dan membantu penstrukturan semula idea.


Pembelajaran koperatif menggalakkan murid berinteraksi secara aktif dan positif dalam kumpulan. Ini membolehkan perkongsian idea dan pemeriksaan idea sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.
Pembelajaran kooperatif telah menjadi salah satu pembaharuan dalam pergerakan reformasi pendidikan. Pembelajaran kooperatif sebenarnya merangkum banyak jenis bentuk pengajaran dan pembelajaran. Asasya ia menggalakkan pelajar belajar bersama-sama dengan berkesan melalui pembentukan kumpulan yang homogen seperti dalam pendidikan inklutif. Hanya boleh digunakan oleh pelbagai kumpulan umur dan dalam pelbagai mata pelajaran.Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya pelajar-pelajar dapat berkerjasama dalam kumpulan untuk mempelajari isi kandungan pelajaran dengan pelbagai kemahiran sosial. Secara dasarnya, pembelajaran kooperatif melibatkan pelajar bekerjasama dalam mencapai satu-satu objektif pembelajaran (Johnson & Johnson, 1991)


Penelitian tentang kooperatif telah dilakukan pada tahun 1920 oleh Social Psychological tetapi penelitian secara spesifik dalam aplikasi dikelas baru dimulai pada tahun 1970. Pada saat itu empat kelompok peneliti mulai meneliti dan mengembangkan metode pembelajaran kooperatif dalam kelas. Sejak saat itu para peneliti diseluruh dunia mulai menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas, dan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang sangat cocok. Robert E. Slavin,1994, p. 4)


Pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran dimana siswa diberi kesempatan untuk bekerja dalam kelompok kecil, membantu satu sama lain untuk mempelajari isi pelajaran. “Kooperatif learning refers to a variety of teaching methods in which student work in small groups to help one another learn academic content”. (P. 3)


Enam prinsip pembelajaran kooperatif menurut Robert E. Slavin p.12):


1.Tujuan kelompok


2.Tanggung jawab individu


3.Kesempatan bersama-sama untuk sukses (STAD, TGT, TAI,CIRC)


4.Kompetisi antar team (STAD, TGT)


5.Tugas khusus.( Jenis pembelajaran jigsaw)


6.Memperhatikan kebutuhan individu (tidak semua jenis pembelajaran kooperatif tetapi dua diantaranya yang memperhatikan kebutuhan individu adalah TAI dan CIRC)








BAB III

ARGUMENTASI

1. ISI BUKU

Buku ini memberikan dua tipe informasi kepada pembaca. Yang pertama adalah pemahaman praktis dan mengenai pembelajaran kooperatif, teori serta penelitian yang mendasari praktik di dalam kelas. Buku ini memiliki pemahaman yang jauh lebih mencerahkan mengenai bagaimana pembelajaran kooperatif menciptakan pengaruh-pengaruhnya dan bagaimana para guru dapat menggunakan metode ini untuk melihat bahwa semua siswa memang telah menangkap pelajaran dari mereka. Pedoman yang diberikan di sini bersifat praktis, yang tersusun dalam petunjuk bertahap yang telah dengan sukses digunakan oleh banyak guru dalam tiap tingkatan kelas dan dalam berbagai subyek.

Buku ini cocok digunakan dalam kursusu-kursus dan lokakarya inti maupun pelengkap bersama para guru atau calon guru. Juga digunakan sebagai manual bagi guru tunggal yang ingin mengunakan metode kooperatif sesuai dengan kebutuhan .

Buku ini menarik dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa ia membuat dirinya menjadi alat stimulus yang sangat baik, sehingga sangat logis jika memilih menggunakan metode-metode pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam pendidikan , tetapi sebelum masa belakang ini , metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu. Namun demikian, penelitian telah mengidentifikasikan metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan secara efektif pada setiap tingkatan kelas dan untuk mengajarkan berbagai macam mata pelajaran. Mulai dari matematika, memebaca, menulis samapai pada ilmu pengetahuan ilmiah, mulai dari kemampuan dasar sampai pemecahan masalah-masalah yang kompleks. Lebih daripada itu, pembelajaran kooperatif juga dapat digunakan sebagai cara utama dalam mengatur kelas untuk pengajaran.

Pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama prktik pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan raa harga diri. Alasan lain tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaiakn masalaah , dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan saran yang sangat baik untuk mencapai hal-hal yang semacam itu.

Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh akademik intelektual dan penampilan moral seorang. Bagaimanapun nilai raport dan hasil ujiannya.Pada sikap dan perilakunya akan menjadi tolok ukur bagi keberhasilan lembaga pendidikan tempat ia belajar. Apabila dikaji lebih lanjut berdasarkan teori yang telah ada maka salah satu alternatif peningkatan kualitas pembelajaran pada sekolah yang menekankan pendidikan kecerdasan akademik dan moral atau akhlak adalah

penerapan teori kognitif. Teori belajar konstruktivis adalah salah satu penerapan teori kognitif.

Salah satu implikasi teori belajar konstruktivis dalam pembelajaran adalah penerapan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa atau peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskuiskan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi dalam pembelajaran kooperatif akan terjalin komunikasi di mana siswa saling berbagi ide atau pendapat. Melalui diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yang baik, sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki dampak yang positif terhadap kegiatan belajar mengajar, yakni dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran,

meningkatkan ketercapaian TPK, dan dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran berikutnya.

Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan lingkungan belajar di mana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Siswa melakukan interaksi sosial untuk mempelajari materi yang diberikan kepadanya, dan bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Jadi, siswa dilatih untuk berani berinteraksi dengan teman-temannya.

Keseluruhan aspek kooperatif yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran yang berorientasi kooperatif merupakan bagian dari pendidikan akhlak atau moral kepada peserta didik. Dan apabila keterampilan-keterampilan kooperatif terus dilatihkan kepada siswa selama pembelajaran maka cermin siswa yang berakhlak mulia yang ditunjukkan dengan sikap-sikap positif dapat tercapai.

.

2. Kelebihan pembelajaran kooperatif


Walaupun pembelajaran kooperatif menimbulkan keresahan kepada ibu bapa yang khuatir akan kecairan pembelajaran apabila pelajar yang cerdas berada di dalam kumpulan yang kurang cerdas, tetapi menurut Slavin ( 1991) ia akan memberi faedah kepada golongan yang berbeza kebolehan yang belajar dalam satu kumpulan. Kajian menunjukkan pembelajaran kooperatif boleh meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif pelajar. Jika dijalankan dengan sempurna, setiap pelajar mempunyai tanggungjawab untuk memahami sesuatu subtopik serta berpeluang berkongsi pengetahuannya dengan ahli kumpulan yang lain. Untuk tujuan ini , pelajar perlu betul-betul memahami subtopik itu, bukan sekadar menghafal sesuatu topik. Ini mengakibatkan pemprosesan pada aras yang lebih tinggi,yang meningkatkan daya ingatan dan seterusnya membolehkan mereka menunjukkan pencapaian yang lebih baik.

Kajian juga menunjukkan pembelajaran kognitif boleh memberbaiki kemahiran sosial pelajar. Ahli-ahli dalam kumpulan perlu bekerjasama untuk mencapai objektif pembelajaran. Secara tidak langsung, mereka perlu mempelajari atau memperbaiki kemahiran sosial mereka. Pelajar yang bersuara perlahan perlu meninggikan suara supaya didengari dan difahami oleh ahli kumpulan lain. Teguran sesama ahli perlu dilakukan dengan sewajarnya agar dinamik kumpulan tidak hancur dan gerak kerja berjalan lancar.

Menurut Kagan (1994) , pembelajaran kooperatif bagi golongan berbakat telah membawa banyak keberkesanan atau faedah seperti berikut :


ØMemperbaiki hubungan sosial

ØMeningkatkanpencapaian
Ø Meningkatkan kemahiran kepimpinan

ØMeningkatkan kemahiran sosial

Ø Meningkatkan tahap kemahiran aras tinggi

Ø Meningkatkan kemahiran teknologi

Ø Meningkatkan keyakinan diri.

BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Pembelajaran kooperatif berdasarkan pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif siswa diharapkan dapat saling membantu, saling berdiskusi dan berpendapat, untuk mengasah pengetahuan yang telah mereka kuasai dan mengurangi kesenjangan pemahaman siswa yang lain.

Beberapa bentuk pembelajaran kooperatif:

1. Kaedah Jigsaw II

2. Kaedah STAD

3. TAI

4. TGT

5. CIRC

6. Group investigation

7. Learning together

8 .Complex instruction

9. Struktured Dyadic

Enam prinsip pembelajaran kooperatif menurut Robert E. Slavin p.12):


1.Tujuan kelompok


2.Tanggung jawab individu


3.Kesempatan bersama-sama untuk sukses (STAD, TGT, TAI,CIRC)


4.Kompetisi antar team (STAD, TGT)


5.Tugas khusus.( Jenis pembelajaran jigsaw)


6.Memperhatikan kebutuhan individu (tidak semua jenis pembelajaran kooperatif tetapi dua diantaranya yang memperhatikan kebutuhan individu adalah TAI dan CIRC)


2. SARAN

Diharapkan guru-guru dapat menggunakan pembelajaran Kooperatif dengan beberapa bentuk pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. DAFTAR PUSTAKA

- Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management. Mc Grow-Hill Companies Inc. New York.

- Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik. Allyn Bacon. Boston.

-Yusuf dan Natalina 2005 : Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berlandaskan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional, berkewajiban menetapkan berbagai peraturan tentang standar penyelenggaraan pendidikan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Standar nasional pendidikan yang dimaksud meliputi: (1) standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan.

Dalam pencapaian standar isi (SI) yang memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melalui pembelajaran dalam jenjang dan waktu tertentu, sehingga pada gilirannya mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) setelah menyelesaikan pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu secara tuntas. Agar peserta didik dapat mencapai SK, KD, maupun SKL secara optimal, perlu didukung oleh berbagai standar lainnya dalam sebuah sistem yang utuh. Salah satu standar tersebut adalah standar proses.

PP nomor 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal, baik yang menerapkan sistem paket maupun sistem kredit semester (SKS).

Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran secara memadai.

Oleh karena itu, disamping sebagai implementasi dari Permendiknas nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Mandikdasmen bahwa rincian tugas Subdirektorat Pembelajaran - Dit. PSMA (yang antara lain disebutkan bahwa melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman dan prosedur pelaksanaan pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman pelaksanaan kurikulum) dipandang perlu menyusun panduan bagi guru SMA sehingga dapat dijadikan salah satu referensi dalam pengembangan RPP.


B. Tujuan

Penyusunan Panduan ini bertujuan :
1. Menjelaskan pengertian RPP;
2. arti penting proses perencanaan pembelajaran dalam proses pencapaian kompetensi siswa.
3. Menjelaskan komponen RPP
4. Menjelaskan prinsip-prinsip penyusunan RPP
5. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan RPP.


C. Manfaat

Perencanaan pembelajaran merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Perencanaan pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, sekolah, mata pelajaran, dsb.

Buku ini disusun dengan harapan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pengembangan perencanaan pembelajaran, seperti kepala sekolah, guru, pengawas sekolah menengah atas maupun pembina pendidikan lainnya. Bagi kepala sekolah panduan ini dapat dijadikan bahan pembinaan terhadap guru sebagai bagian dari tugasnya dalam melakukan supervisi terhadap proses perencanaan pembelajaran.

Bagi guru, panduan ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi untuk meningkatkan kompetensi dalam pengembangan perencanaan pembelajaran. Sehingga akan menghasilkan satu kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Bagi pengawas sekolah menengah atas atau para pembina pendidikan lainnya keberadaan panduan juga diharapkan mendatangkan manfaat dalam melakukan supervisi dan memberikan layanan profesional, berupa bimbingan teknis dan pendampingan secara terprogram dan berkelanjutan.



























BAB II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


A. Pengertian

Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:
”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.

Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan ke¬giatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

B. Komponen RPP

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP adalah:
1. Identitas mata pelajaran, meliputi:
a. satuan pendidikan,
b. kelas,
c. semester,
d. program studi,
e. mata pela¬jaran atau tema pelajaran,
f. jumlah pertemuan.
2. standar kompetensi
merupakan kualifikasi kemam¬puan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3. kompetensi dasar,
adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran ter¬tentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompe-tensi dalam suatu pelajaran.
4. indikator pencapaian kompetensi,
adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilai¬an mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja opera¬sional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5. tujuan pembelajaran,
menggambarkan proses dan ha¬sil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. materi ajar,
memuat fakta, konsep, prinsip, dan pro¬sedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompe¬tensi.
7. alokasi waktu,
ditentukan sesuai dengan keperluan un¬tuk pencapaian KD dan beban belajar.
8. metode pembelajaran,
digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembela¬jaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemi¬lihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situ¬asi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
9. kegiatan pembelajaran :
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan un¬tuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran di¬lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang¬kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan un¬tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpul¬an, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

10. Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kom¬petensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

11. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kom¬petensi.


C. PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RPP
1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, krea¬tivitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembang¬kan kegemaran membaca, pemahaman beragam ba¬caan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
5. Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, ke¬giatan pembelajaran, indikator pencapaian kompeten¬si, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengako¬modasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegra¬si, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.






D. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN RPP
Langkah-langkah minimal dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimulai dari mencantumkan Identitas RPP, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Setiap komponen mempunyai arah pengembangan masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan.

Penjelasan tiap-tiap komponen adalah sebagai berikut.
1. Mencantumkan Identitas
Terdiri dari: Nama sekolah, Mata Pelajaran, Kelas¬, Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Alokasi Waktu.
Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. RPP boleh disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
b. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus. (Standar kompetensi – Kompetensi Dasar – Indikator adalah suatu alur pikir yang saling terkait tidak dapat dipisahkan)
c. Indikator merupakan:
 ciri perilaku (bukti terukur) yang dapat memberikan gambaran bahwa peserta didik telah mencapai kompetensi dasar
 penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
 dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah.
 rumusannya menggunakan kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
 digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
d. Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar, dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan (contoh: 2 x 45 menit). Karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada kompetensi dasarnya.

2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Output (hasil langsung) dari satu paket kegiatan pembelajaran.
Misalnya:
Kegiatan pembelajaran: ”Mendapat informasi tentang sistem peredaran darah pada manusia”.
Tujuan pembelajaran, boleh salah satu atau keseluruhan tujuan pembelajaran, misalnya peserta didik dapat:
1. mendeskripsikan mekanisme peredaran darah pada manusia.
2. menyebutkan bagian-bagian jantung.
3. merespon dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman sekelasnya.
4. mengulang kembali informasi tentang peredaran darah yang telah disampaikan oleh guru.
Bila pembelajaran dilakukan lebih dari 1 (satu) pertemuan, ada baiknya tujuan pembelajaran juga dibedakan menurut waktu pertemuan, sehingga tiap pertemuan dapat memberikan hasil.

3. Menetukan Materi Pembelajaran
Untuk memudahkan penetapan materi pembelajaran, dapat diacu dari indikator.
Contoh:
Indikator: Peserta didik dapat menyebutkan ciri-ciri kehidupan.
Materi pembelajaran:
Ciri-Ciri Kehidupan:
Nutrisi, bergerak, bereproduksi, transportasi, regulasi, iritabilitas, bernapas, dan ekskresi.

4. Menentukan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
Karena itu pada bagian ini cantumkan pendekatan pembelajaran dan metode yang diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik:
a. Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses, kontekstual, pembelajaran langsung, pemecahan masalah, dan sebagainya.
b. Metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah, inkuiri, observasi, tanya jawab, e-learning dan sebagainya.

5. Menetapkan Kegiatan Pembelajaran
a. Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Langkah-langkah minimal yang harus dipenuhi pada setiap unsur kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan
 Orientasi: memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan dibelajarkan, dengan cara menunjukkan benda yang menarik, memberikan illustrasi, membaca berita di surat kabar, menampilkan slide animasi dan sebagainya.
 Apersepsi: memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang materi yang akan diajarkan.
 Motivasi: Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari gempa bumi, bidang-bidang pekerjaan berkaitan dengan gempa bumi, dsb.
 Pemberian Acuan: biasanya berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari. Acuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis besar.
 Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelak-sana¬an pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran).

2. Kegiatan Inti
Berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui peserta didik untuk dapat mengkonstruksi ilmu sesuai dengan skemata (frame work) masing-masing. Langkah-langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar peserta didik dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan pembelajaran dan indikator.
Untuk memudahkan, biasanya kegiatan inti dilengkapi dengan Lembaran Kerja Siswa (LKS), baik yang berjenis cetak atau noncetak. Khusus untuk pembelajaran berbasis ICT yang online dengan koneksi internet, langkah-langkah kerja peserta didik harus dirumuskan detil mengenai waktu akses dan alamat website yang jelas. Termasuk alternatif yang harus ditempuh jika koneksi mengalami kegagalan.

3. Kegiatan penutup
 Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman/simpulan.
 Guru memeriksa hasil belajar peserta didik. Dapat dengan memberikan tes tertulis atau tes lisan atau meminta peserta didik untuk mengulang kembali simpulan yang telah disusun atau dalam bentuk tanya jawab dengan mengambil ± 25% peserta didik sebagai sampelnya.
 Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar kelas, di rumah atau tugas sebagai bagian remidi-/pengayaan.

b. Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disusun dalam bentuk seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.

6. Memilih Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional, dan bisa langsung dinyatakan bahan ajar apa yang digunakan. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referensi, dalam RPP harus dicantumkan bahan ajar yang sebenarnya.
Jika menggunakan buku, maka harus ditulis judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.
Jika menggunakan bahan ajar berbasis ICT, maka harus ditulis nama file, folder penyimpanan, dan bagian atau link file yang digunakan, atau alamat website yang digunakan sebagai acuan pembelajaran.

7. Menentukan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai.

Contoh minimal Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah sebagai berikut :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)



A. Identitas
Nama Sekolah : ...................................
Mata Pelajaran : ...................................
Kelas, Semester : ...................................
Standar Kompetensi : ...................................
Kompetensi Dasar : ...................................
Indikator : ...................................
Alokasi Waktu : ..... x ... menit (… pertemuan)

B. Tujuan Pembelajaran
C. Materi Pembelajaran
D. Metode Pembelajaran
E. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah :
Pertemuan 1
 Kegiatan Awal
 Kegiatan Inti
 Kegiatan Penutup
Pertemuan 2
 Kegiatan Awal
 Kegiatan Inti
 Kegiatan Penutup
Pertemuan 3. dst
F. Sumber Belajar
G. Penilaian


Mengetahui
Kepala Sekolah..................., Guru Mata Pelajaran,



.................................. ............................
NIP. NIP.

Mengenai Saya

Foto saya
saya seorang guru fisika di SMAN 13 MKS

JAM

KALENDER